Investor Penerbit
menu-mobile

Apa Itu Diderot Effect? Pentingnya Membedakan Keinginan dan Kebutuhan

28 September 2022

|

5 Min Read

|

Author: Vlora Riyandi
Diderot effect adalah

Tanpa sadar mungkin kita pernah melakukan sikap dari Diderot Effect yang menyebabkan kita membuat pengeluaran hanya berdasarkan keinginan. Kenapa Diderot Effect dapat terjadi? Yuk cari tahu dalam artikel ini.

Pernahkah kamu merasa saat beli laptop baru merasa perlu beli tas laptop yang baru juga untuk menunjang penampilan dan perlindungan laptop. Padahal pembelian laptop kamu sudah dilengkapi dengan tas, serta kamu masih punya tas laptop terdahulu yang ukurannya sama.

Terus, untuk menghilangkan rasa bosan kamu ingin mengunduh game online seperti The Sims namun game ini berbayar untuk dapat menggunakan seluruh fiturnya secara leluasa. Jadinya kamu telah mengeluarkan uang untuk tas laptop serta biaya games yang sebenarnya bukan sebuah kebutuhan.

Fenomena sosial terkait pembelian ini dikenal sebagai The Diderot Effect. Apa itu Diderot effect dan dampaknya pada keuangan? Kenapa diderot effect terjadi? Yuk kita kupas lebih lanjut!

Kisah Hadirnya Diderot Effect

Istilah Diderot effect hadir karena sikap seorang pria Prancis di tahun 1700-an bernama Denis Diderot dalam mengelola harta yang dimilikinya. “Menjadi miskin lagi karena sebuah jubah”

Denis Diderot adalah seorang filsuf di kota Paris yang selalu miskin sepanjang hidupnya. Hingga pada tahun 1765 kehidupannya bergelimangan harta, walaupun hanya sekejap karena sifatnya sendiri.

Di tahun tersebut, Diderot yang miskin kesulitan memenuhi mas kawin untuk anaknya yang ingin menikah. Mendengar kabar kesulitan keuangan yang dialami Diderot, seorang bangsawan kemudian menawari untuk membeli perpustakaan yang dimilikinya. Karena Diderot adalah seorang filsuf terkenal dan merupakan kepala editor untuk sebuah sastra Encyclopédie yang populer.

Perpustakaan tersebut dibeli seharga £1000 (pound sterling) yang bernilai tinggi di zaman tersebut. Setelah menyelesaikan kebutuhan untuk anaknya, masih tersisa cukup uang untuk dirinya.

Tak lama, ia kemudian membeli sebuah jubah merah. Saat ia berkaca di rumahnya, ia melihat cermin yang menampilkan dirinya yang memakai jubah tersebut perlu diganti karena tidak setara dengan jubahnya yang terlihat mewah. Berselang, ia juga merasa karpet rumahnya perlu diganti dan seterusnya melakukan pengeluaran yang tidak perlu hingga dia terjebak pada utang dan kembali jadi miskin.

Hal ini dapat terjadi karena Diderot yang selalu berusaha memenuhi keinginannya padahal belum dibutuhkan. Disebabkan sebuah jubah menyebabkan ia salah langkah mengambil keputusan keuangan.

Intinya Diderof effect adalah kondisi seseorang yang cenderung terus membeli barang baru untuk melengkapi barang yang sudah dimiliki. 

Contoh Diderot Effect

Tanpa disadari, kita bisa jadi pernah terkena Diderot effect. Contoh Diderot effect seperti saat membeli sebuah baju baru maka akan berusaha mencari bawahan pelengkap baju tersebut. Belum lagi, dirasa perlu untuk punya sepatu yang mendukung hingga tas dan aksesoris yang cocok.

Pengeluaran yang awalnya hanya untuk membeli sebuah baju membengkak jadi 5 kali lipat. Hal ini tentu membuat biaya pengeluaran semakin besar sehingga tabungan atau anggaran yang dipunya semakin menipis. 

Makna Sederhana Diderot Effect

Arti Diderot effect yaitu fenomena sosial yang selalu berusaha memenuhi daftar keinginan dan tidak dapat membedakannya dengan kebutuhan. Oleh karena itu, perlu bijak membedakan antara kebutuhan dan keinginan agar tidak boros, menjauhi sikap impulsive buying, dan tidak terjerat utang.

Jadi, makna sederhana Diderot effect yaitu bijak mengelola harta dan membedakan keinginan dan kebutuhan.

Cara Menghindari The Diderot Effectengh

Seperti kisah Denis Diderot yang jatuh miskin lagi karena terlalu memenuhi segala keinginan yang muncul dipikirannya, maka kamu perlu menghindari sifat-sifat yang menjurus pada Diderot effect: Beberapa cara agar tidak terjerumus Diderot effect yaitu:

  • Membedakan Keinginan dengan Kebutuhan 

Sebenarnya, keinginan adalah pilihan-pilihan yang muncul dari hasrat; sesuatu yang diharapkan. Keinginan berbeda dengan kebutuhan, karena kebutuhan tidak terpenuhi maka kehidupan akan terhambat.

Contoh membedakan kebutuhan dengan keinginan seperti saat kamu perlu membeli sepatu olahraga untuk menunjang aktivitas dan terhindar dari cedera. Muncul keinginan membeli barang pelengkap fashion olahraga seperti tas sporty, padahal tas totebag biasa pun cukup untuk mengangkut barang yang kamu punya. Karena saat berolahraga pun kamu akan minim barang di badan.

Perlu membedakan mana keinginan dan kebutuhan agar terhindar dari keputusan belanja yang tidak terencana (impulsive buying). Jangan sampai terjebak juga dengan kalimat you only live once (YOLO) yang bilang mending beli sekarang karena hidup itu cuma sekali. No, no, jangan lupa pertimbangkan manfaat ya.

  • Ga Harus Ikutan Tren

Tren atau kehadiran gaya terkini memang membuat kehidupan terasa lebih seru, seperti tren hp baru, tren fashion misal “Citayam Fashion Week”, hingga tren membuat kopi dalgona saat program di rumah aja. Seperti yang kita lihat bahwa tren tidak akan pernah habis jenisnya, akan ada selalu gaya terkini yang akan muncul.

Mengikuti suatu tren bagi kamu mungkin adalah suatu yang fun, namun penting untuk mengingat kalau tidak semua tren harus diikuti. Jangan FOMO alias takut merasa ketinggalan ga ikut suatu tren. Toh, ga akan bertahan lama.

Mengikuti tren berarti kamu akan mengikuti atau mencoba suatu hal baru yang belum pernah dimiliki, dicoba, atau dilakukan sebelumnya. Misalkan tren fashion baru membuat kamu ingin membeli baju baru agar terlihat kekinian, hits, dan tidak ketinggalan zaman. 

Dengan membeli barang baru berdasarkan tren ikut-ikutan dan takut ketinggalan maka akan berpotensi jadi boros. Penting untuk memperrtimbangkan manfaat jangka panjang sebelum mengikuti suatu tren ya!

  • Menerapkan Metode 80/20

Sebelum memutuskan membeli sesuatu atau membuat sebuah pengeluaran, coba terapkan metode 90/20. Untuk membantu kamu memahaminya, dicontohkan dengan kamu tiba-tiba ingin membeli sebuah baju karena terlihat sangat cantik dan takut stoknya habis. Padahal kamu sudah belanja baru baru minggu lalu dan seharusnya anggaran belanja untuk baju tidak boleh dilanggar lagi.

Untuk membantu memutuskannya cobalah pertimbangkan apakah baju tersebut akan berguna dalam 80% kehidupan kamu, singkatnya apakah akan sering dipakai ga? Atau hanya sekedar cantik tapi sebenarnya belum tahu mau dipasangkan dengan celana atau rok yang mana. Hal ini berpotensi kamu perlu beli bawahan yang cocok dengan baju tersebut alias membeli barang tidak sesuai kebutuhan.

Jika ternyata baju tersebut setelah kamu pertimbangkan diprediksi akan jarang digunakan alias ada di posisi 20% maka lebih baik untuk mengurungkan niat. Lebih baik mengkombinasikan atau mix-and-match pakaian yang ada agar dapat tampil lebih beda. 

Jadi, untuk menghindari Diderot effect atau secara tidak sadar berusaha memenuhi daftar keinginan yang tidak diperlukan maka cobalah menerapkan hal-hal di atas. Untuk mempermudah kamu membedakan keinginan dan kebutuhan, coba buat skala prioritas.

Skala prioritas akan membantu kamu lebih terarah menentukan pengeluaran dan mentrack daftar yang dibutuhkan agar tidak diserempet oleh daftar keinginan. Daripada mengeluarkan biaya yang hanya bermanfaat sesaat, lebih baik ditingkatkan potensi jumlahnya dengan berinvestasi. 

Sisihkan Uang untuk Investasi Agar Terhindar dari Sikap Diderot Effect Yuk!

miliki bisnis modal kecil cuma dengan 1 jutaan dapat 4 cabang

Baca Juga