12 October 2022
|
8 Min Read
|
Kamu investor pemula ingin mulai investasi & belum tahu kapan waktu terbaik untuk memulainya? Maka kamu harus mengetahui strategi Dollar Cost Averaging. Apa itu Dollar Cost Averaging? Simak di sini!
Apa itu Dollar Cost Averaging? Dollar cost average adalah strategi investasi di mana investor akan menyetorkan dananya secara rutin dengan nilai yang sama dalam satu periode tertentu.
Bagi para investor pemula yang masih bingung menentukan waktu terbaik untuk memulai investasi, dapat memanfaatkan strategi Dollar Cost Averaging (DCA) sebagai solusi yang tepat.
Karena, mereka tidak diharuskan berinvestasi dengan jumlah yang besar sekaligus. Melainkan mereka dapat berinvestasi dengan jumlah yang sama secara konsisten dalam satu periode tertentu. Menggunakan strategi Dollar Cost Average ini juga dinilai ampuh dalam meminimalisir terjadinya risiko yang akan terjadi.
Maka dari itu, sebagai investor pemula kamu harus mengetahui dengan benar seputar apa itu Cost Dollar Averaging (DCA) supaya kamu dapat menerapkan strategi ini dengan baik. Nah, sekarang kita akan membahas seputar Dollar Cost Averaging (DCA), mulai dari pengertiannya, konsep DCA, cara kerjanya, hingga perbedaan Dollar Cost Averaging vs Lump Sum.
Ikuti terus artikel ini, ya!
Kamu baru saja ingin memulai investasi, namun masih bingung menentukan waktu yang tepat kapan akan memulainya? Apalagi pasar modal tidak dapat diprediksi bagaimana pergerakannya.
Maka dari itu, terdapat strategi Dollar Cost Averaging atau DCA yang dapat memudahkan para investor pemula dalam memulai investasi. Apa itu Dollar Cost Averaging?
Mengutip dari laman investopedia, Dollar Cost Averaging atau DCA adalah strategi yang dapat mempermudah para investor dalam menghadapi pasar yang tidak pasti dengan melakukan pembelian secara rutin dalam jangka periode tertentu.
Sederhananya, Dollar Cost Average adalah strategi investasi di mana para investor akan menyetorkan dananya dalam jumlah yang sama secara teratur pada periode tertentu tanpa mempertimbangkan kondisi pasar dan ekonomi.
Di sini, investor tidak harus menyetorkan dananya dalam jumlah yang besar sekaligus pada satu waktu. Namun, mereka dapat membaginya kedalam beberapa bagian yang akan disetorkan secara rutin dalam jumlah yang tetap selama periode tertentu. Dengan menerapkan strategi Dollar Cost Average ini mendukung upaya investor untuk berinvestasi secara rutin dan disiplin.
Menerapkan strategi ini juga dinilai dapat meminimalisir risiko yang dapat terjadi saat berinvestasi.
Sebelum mengetahui cara kerja dari Dollar Cost Average atau DCA, kamu juga perlu mengetahui konsep DCA. Apa itu konsep DCA? Konsep DCA adalah investor tidak mempertimbangkan kondisi pasar dan ekonomi.
Artinya, mereka akan tetap melakukan pembelian secara teratur dalam besaran yang sama, walaupun pergerakan pasar sedang naik atau turun. Hal ini akan membuat investor dapat membeli lebih banyak saham jika harga menurun, dan dapat membeli saham lebih sedikit saat harga lebih tinggi.
Lalu, untuk cara kerja DCA sebenarnya cukup sederhana bila sudah dipahami dengan benar. Pada awalnya, kamu harus memutuskan terlebih dahulu nih di mana kamu akan berinvestasi, instrumen investasi mana yang akan kamu pilih? Contohnya, seperti saham, reksa dana, kripto, Bitcoin, dan lain sebagainya.
Setelah menentukan instrumen mana yang akan kamu pilih, selanjutnya kamu menentukan modal investasi mu. Misalnya, kamu memiliki rencana investasi sebesar Rp24 juta, dalam konsep Dollar Cost Average (DCA) kamu tidak akan memasukan dana kamu sebesar Rp24 juta sekaligus dalam satu waktu atau disebut juga dengan Lump Sum.
Kamu bisa membagi modal investasi kamu ke dalam beberapa bagian kecil, misalnya kamu mulai memasukan dana sebesar Rp2 juta setiap bulannya secara rutin dalam jangka waktu 1 tahun. Nah, melalui strategi ini kamu rutin akan melakukan transaksi pembelian tiap bulannya tanpa melihat kondisi pasar yang tak menentu, baik itu bearish atau bullish.
Contoh dari cara kerja Dollar Cost Average adalah misalnya kamu berinvestasi di reksa dana. Bila NAB/unit reksa dana pilihan kamu di bulan pertama adalah Rp10.000, maka kamu dapat membeli sebanyak 200 unit penyertaan.
Kemudian, jika di bulan kedua NAB/unit reksa dana mengalami penurunan, berarti kamu dapat membeli lebih banyak lagi. Namun jika di bulan ketiga terjadi kenaikan NAB/unit reksa dana, maka pembelian kamu juga akan sedikit atau menurun, begitu pun seterusnya.
Selain strategi Dollar Cost Average (DCA) dalam investasi, ternyata terdapat strategi investasi lainnya, seperti Lump Sum. Jika strategi Dollar Cost Average lebih disarankan untuk investor pemula, hal ini berbeda dengan strategi Lump Sum.
Pada strategi Lump Sum biasanya digunakan oleh investor yang lebih berpengalaman dan telah mengerti membaca pergerakan pasar dan tahu kapan mengambil keputusan yang baik untuk membeli dan menjual investasi.
Lump Sum merupakan strategi investasi, di mana investor akan mengumpulkan modalnya terlebih dahulu. Lalu, ketika modal telah terkumpul investor akan memasukkan dananya sekaligus dalam satu waktu pada instrumen investasi yang dipilihnya.
Berbeda dengan strategi Lump Sum yang akan menyetorkan dananya dalam jumlah besar sekaligus, pada strategi Dollar Cost Average (DCA) akan lebih menyetorkan uangnya dalam jumlah yang sama dan konsisten pada jangka waktu tertentu.
Lalu, lebih baik mana antara strategi Dollar Cost Averaging vs Lump Sum? Pada umumnya, kedua strategi ini memiliki keunikannya sendiri, dan potensi keuntungan yang akan didapat pun bervariasi tergantung pada kondisi pasar.
Sebenarnya, untuk strategi Lump Sum sendiri lebih familiar dilakukan oleh investor berpengalaman di pasar saham, reksa dana, obligasi, dan lain-lain. Karena mereka telah paham dalam membaca pergerakan pasar, sehingga mereka dapat menentukan waktu yang baik untuk menjual dan membeli investasi.
Sedangkan pada strategi DCA lebih diperuntukan untuk para investor pemula yang masih belum dapat membaca pergerakan pasar dan mengambil keputusan yang baik. Sehingga menggunakan strategi DCA dianggap menjadi solusi terbaik.
Nah, untuk segi risiko strategi Lump Sum memiliki risiko yang jauh lebih besar dibanding strategi DCA. karena, pada strategi Lump Sum investor akan menginvestasikan dana sekaligus dalam jumlah besar pada satu waktu. Jadi risiko jauh lebih tinggi.
Berbeda dengan strategi DCA yang memiliki risiko yang jauh lebih minim dibanding Lump Sum. karena, pada strategi ini investor akan berinvestasi pada jumlah yang kecil secara konsisten di satu periode tertentu. Sehingga, risiko jauh lebih minim.
Walaupun strategi DCA dinilai sebagai strategi yang sederhana dan minim risiko, tidak dapat dipungkiri bahwa strategi DCA memiliki kekurangan dan kelebihannya sendiri. Berikut ini beberapa kelebihan dan kekurangan Dollar Cost Average adalah sebagai berikut:
Berbeda dengan strategi Lump Sum yang harus pintar dalam membaca pergerakan pasar, sehingga dapat menentukan kapan harus membeli untuk menghindari kerugian, maka pada strategi Dollar Cost Average dilakukan tanpa harus mengikuti pergerakan pasar.
Pada strategi DCA investor tidak perlu mengikuti pergerakan pasar, karena mereka hanya perlu melakukan pembelian secara konsisten dengan jumlah sama. Sehingga, investor tidak akan terlalu terekspos terlalu dalam saat membeli di harga yang tinggi.
Menggunakan strategi DCA dinilai yang paling efektif untuk strategi penghematan jangka panjang. Tidak peduli pergerakan pasar naik atau turun, investor masih tetap dapat berinvestasi secara rutin dengan besaran yang sama tanpa harus memikirkan waktu yang terbaik. Dengan begitu dapat meminimalisir segala risiko yang dapat terjadi.
Saat berinvestasi masih banyak investor yang mengambil keputusan berdasarkan emosi atas rasa takut akan terkena kerugian. Para investor ini sangat fokus untuk menghindari kerugian daripada memperoleh keuntungan.
Saat pasar mengalami penurunan, para investor ini akan langsung mengambil keputusan untuk menjual kepemilikannya dan beralih ke uang tunai akibat dari rasa takutnya pada kerugian tersebut.
Namun, hal ini tidak terjadi pada strategi DCA, karena para investornya akan terus melakukan investasi walaupun pasar mengalami bearish atau bullish.
Dibanding dengan investasi menggunakan strategi Lump Sum yang langsung mengeluarkan modal besar dalam satu waktu sehingga memiliki potensi return yang besar pula. Pada strategi DAC cenderung memiliki return yang kecil.
Karena investor akan membagi modal mereka ke beberapa bagian yang sama dalam jangka waktu tertentu, jadi return yang didapat pun akan jauh lebih sedikit.
Karena strategi DCA mengharuskan investor untuk membagi modalnya dalam beberapa bagian secara rutin membuat bertambahnya biaya administrasi investasi. Misalnya, kamu berinvestasi di saham, maka setiap transaksi pembelian yang kamu lakukan secara rutin tiap bulannya akan dikenakan biaya administrasi lagi dan membuat biaya investasi menjadi lebih banyak.
Sederhananya, semakin sering investor melakukan pembelian, semakin besar pulalah biaya investasi yang perlu dikeluarkan. Namun, pada strategi Lump Sum investor hanya perlu mengeluarkan satu kali biaya saja.
Itu pembahasan seputar apa itu Dollar Cost Averaging (DCA) yang dapat digunakan oleh para investor pemula dalam melakukan investasi. Menerapkan strategi DCA ini cocok bagi investor yang masih bingung dalam menentukan waktu yang tepat untuk memulai investasi.
Nah, jika kamu baru ingin melakukan investasi dan masih bingung mau investasi dimana karena kamu masih belum bisa membaca pergerakan pasar modal dan menentukan waktu terbaik, kamu bisa loh investasi dengan skema equity crowdfunding.
Melalui skema equity crowdfunding kamu akan melakukan investasi dengan cara pendanaan terhadap bisnis UMKM berpotensi secara patungan bersama beberapa investor lainnya.
Setelah dana terkumpul, kamu berpotensi mendapatkan keuntungan berupa return dari bisnis yang telah kamu danai untuk jangka panjang.
Memulainya pun cukup mudah, kamu harus memilih platform equity crowdfunding yang terjamin, dan aman telah memiliki izin dari OJK. setelah itu kamu terlebih dahulu harus mengecek portofolio dari bisnis UMKM yang akan kamu danai agar meminimalisir risiko.
LandX merupakan platform equity crowdfunding yang telah memiliki market cap terbesar di Indonesia, terpercaya, dan telah memiliki izin dari OJK. Di LandX kamu bisa mulai pendanaan terhadap bisnis-bisnis UMKM berpotensi, mulai dari bisnis kuliner hingga bisnis properti.