12 December 2022
|
7 Min Read
|
Sistem ekonomi kapitalis membuka peluang besar untuk tiap orang meraih keuangan idealnya. Namun, konsep kapitalisme punya dampak negatif bagi perekonomian juga. Pelajari kelebihan dan kekurangan sistem ekonomi kapitalis lewat artikel ini yuk!
Sistem ekonomi kapitalis memberikan kebebasan bagi setiap individu untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya lewat partisipasinya di roda perekonomian. Secara sekilas, konsep kapitalisme adalah sistem yang fair, namun jika dilihat dari perkembangan ekonomi kapitalis, terdapat juga kekurangan dari sistem ini.
Meski begitu, kebanyakan negara termasuk Indonesia condong mengikuti sistem ekonomi kapitalis ini. Lalu, bagaimana ciri-ciri ekonomi kapitalis? Bagaimana sistem ekonomi kapitalis menjadi ideologi ekonomi yang diaplikasikan oleh negara di seluruh dunia?
Mari simak penjelasan lengkap tentang sejarah perkembangan ekonomi kapitalis, hingga penerapan sistem ekonomi kapitalis di Indonesia!
Pada dasarnya, sistem ekonomi yang dianut oleh sebuah negara akan memengaruhi seluruh kegiatan produksi, distribusi, hingga proses transaksi konsumsi masyarakat. Sistem ekonomi kapitalis menitikberatkan pada individu memiliki hak milik atas semua alat produksi dan juga distribusi. Hak kepemilikan ini disebut kapital yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan laba atau keuntungan sebanyak-banyaknya.
Memijaki konsep kapitalisme sendiri, pemikiran ini awalnya berasal dari Adam Smith pada tahun 1776 yang dicurahkan dalam bukunya yang berjudul “Wealth of Nation.” Ia mengasumsikan jika manusia secara alamiah akan melakukan berbagai upaya untuk memenuhi keinginannya.
Karena itu, konsep ekonomi kapitalisme menghadirkan pasar bebas di mana setiap manusia punya kebebasan untuk memanfaat sumber daya yang ada untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya hingga keinginannya terpenuhi.
Pada abad ke-18, kontrol kegiatan ekonomi seantero Eropa sepenuhnya dipegang oleh kekuasaan gereja, di mana kegiatan sosio-kultural dan ekonomi juga sepenuhnya dikontrol oleh kebijakan-kebijakan berdasarkan Alkitab yang dipegang aplikasinya oleh Pastor dan Paus. Karena gereja berada di tatanan tertinggi kontrol sosial, kegiatan ekonomi pun demikian.
Hal ini dapat dilihat saat gereja berkuasa, terdapat kewajiban membayar pajak yang terus melambung nominalnya pada gereja dan tuntutan membeli surat pengampunan dosa, seolah petinggi agama menjadi perantara Tuhan langsung dan tanpa membayar uang pada mereka, manusia tidak akan bisa beriman.
Bersamaan dengan itu, perkembangan industri kain yang masif di Inggris menciptakan kebutuhan akan lebih besarnya efisiensi dalam memproduksi barang tanpa campur tangan gereja. Hal ini mengantarkan pada revolusi industri di mana perdagangan kain dibuka secara internasional dan Inggris pun menjadi eksportir utama kain wool, tanpa adanya campur tangan gereja.
Hal ini menimbulkan kesadaran di tengah masyarakat bahwa hierarki aturan gereja tidak memberikan kebebasan bagi masyarakat untuk mendapatkan hak yang layak untuk memenuhi kebutuhannya atas keinginan diri sendiri. Karena revolusi industri yang masif, masyarakat berbondong-bondong mencari lapangan kerja di sebagai buruh pabrik untuk mengejar taraf hidup yang lebih baik.
Titik inilah yang mengantarkan kita pada kaum borjuis pemilik “capital” atau modal yang diilustrasikan oleh Adam Smith lewat “Apa yang kita harapkan untuk makan malam kita tidaklah datang dari keajaiban si tukang daging, si pemasak bir atau tukang roti, melainkan dari apa yang mereka hormati dan kejar sebagai kepentingan pribadi.”
Maka, setiap individu yang dapat memproduksi sesuatu memiliki kapital yang merupakan kekuatan untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, bukan untuk gereja, atau pun untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Masyarakat pun mulai bekerja di bawah pemilik kapital sebagai buruh untuk mendapatkan upah yang pada akhirnya digunakan konsumsi barang untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri.
Bagaimana ciri-ciri ekonomi kapitalis?
Ada beberapa kondisi yang bisa menunjukkan apakah suatu negara mempraktikkan ekonomi kapitalis, berikut ini adalah ciri-ciri ekonomi kapitalis.
Dalam pemikiran Karl Marx lewat bukunya “Das Kapital” mengkritik sistem ekonomi kapitalisme karena menghadirkan ketimpangan power (kekuatan) antara borjuis (pemilik modal) dengan kaum proletariat (buruh), di mana buruh tidak dalam posisi tawar menawar atas upah atau kebutuhan pribadi lainnya terhadap para pengusaha kapital.
Hal ini dapat menyebabkan terjadinya eksploitasi besar-besaran terhadap buruh karena kaum borjuis lebih fokus pada peningkatan keuntungan pribadi agar kapitalnya semakin besar. Karena hal ini, terdapat dua sisi kelebihan dan kekurangan sistem ekonomi kapitalis. Berikut ini adalah pembahasannya!
Jika ditanya mengenai apakah Indonesia menerapkan sistem ekonomi kapitalisme, maka jawabannya adalah iya dan juga tidak. Hal ini karena sistem ekonomi Indonesia tidak secara gamblang disebutkan menganut sistem ekonomi kapitalisme. Namun, dalam praktiknya nyatanya cukup menggambarkan penerapan sistem kapitalisme.
Sebelum membahas ciri-ciri sistem kapitalisme di Indonesia, mari bahas terlebih dahulu sistem ekonomi Indonesia sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 pasal 33 yang menyebutkan bahwa Indonesia menganut Sistem Ekonomi Pancasila (SEP).
Sistem Ekonomi Pancasila adalah sistem ekonomi yang didasari dengan nilai kebangsaan yaitu gotong royong yang konstitusinya mengarah pada kebijakan-kebijakan yang mengedepankan kemakmuran masyarakat ketimbang kemakmuran individu. Meski begitu, terdapat ciri-ciri sistem ekonomi kapitalisme di Indonesia yang hingga saat ini bisa dilihat penerapannya. Berikut di antaranya.
Contoh nyata dari hal ini adalah hadirnya persaingan ketat dari lokasi, harga, serta target pasar antara bisnis yang memiliki model yang sama. Misalnya, minimarket dengan brand berbeda berposisi saling berdekatan, serta turut bersaing juga dengan toko kelontong serba ada.
Atau, supermarket berlokasi berdekatan dan bersaing dengan pasar tradisional untuk saling berkompetisi menarik konsumen.
Sebenarnya, sistem ekonomi kapitalisme bukanlah penyebab utama adanya eksploitasi yang menghadirkan kerusakan lingkungan. Namun, hadirnya nilai kapitalisme di mana individu punya kebebasan memiliki komoditas termasuk sumber daya alam untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, memicu kurang efektifnya penerapan kebijakan perizinan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang seharusnya melindungi lingkungan dan alam dari eksploitasi.
Menjadi salah satu komoditas ekspor bernilai besar bagi pendapatan riil Indonesia,sektor tambang di Indonesia menjadi potret problematika eksploitasi dan pencemaran lingkungan. Mulai dari pencemaran air karena tumpahan minyak seperti di Kecamatan Pulau Seribu Utara, hingga pencemaran udara debu batubara di Marunda, Jakarta Utara yang baru-baru ini terjadi pada akhir 2022.
Adanya sistem ekonomi kapitalisme modern sangat berlandaskan pada nilai-nilai materialistis. Hal ini karena sistem kapitalisme membuat bisnis berlomba-lomba melakukan produksi besar-besaran untuk meraih keuntungan besar. Selain itu, agar produknya menang di pasar dan mengalahkan kompetitor, tiap-tiap bisnis pasti melakukan strategi untuk meraihnya.
Lewat strateginya, tak jarang konsumen jatuh ke dalam gaya hidup yang konsumtif karena tingkah laku dan pola pikirnya terjebak dalam nilai-nilai materialistis. Misalnya, perilaku selalu membeli pakaian trendy agar selalu up to date padahal sebenarnya pakaian lama masih bisa digunakan.
Dari informasi di atas, kamu bisa memahami bahwa sistem ekonomi kapitalisme punya dampak baik karena menciptakan pintu peluang untuk setiap individu meraih kondisi ekonomi ideal terbaiknya. Namun, sistem kapitalisme ini tak dapat dipungkiri dapat menghadirkan dampak negatif karena memicu sifat tamak dan konsumtif yang tidak sehat untuk kebaikan diri dan stabilitas finansial.
Karena itu sebagai individu kamu yang menjadi partisipan di tengah nilai-nilai sistem ekonomi kapitalisme harus selalu bijak dalam membuat keputusan, apalagi yang menyangkut kondisi finansial.
Pastikan kamu menghindari pengeluaran konsumtif dengan menyusun manajemen keuangan yang baik, selalu menyiapkan dana darurat, menabung berdasarkan target agar tetap terarah, serta berinvestasi sesuai dengan profil risiko yang cocok dengan kondisi keuanganmu.