29 November 2022
|
6 Min Read
|
Instrumen safe haven adalah aset yang risiko fluktuasi nilainya rendah jika dihadapkan tidak stabilnya ekonomi. Ini dia penjelasan lengkap jenis, fungsi, dan potensi keuntungan instrumen safe haven di Indonesia.
Pengertian safe haven adalah aset investasi yang diharapkan dapat tetap terjaga nilainya meskipun kondisi perekonomian dunia sedang tidak stabil. Instrumen safe haven mengacu pada aset yang dimiliki investor untuk menghindari kerugian signifikan ketika instrumen investasi lainnya terdampak kondisi ekonomi yang memburuk.
Instrumen jenis safe haven ini umumnya harganya cukup stabil meski diterjang inflasi yang tinggi. Sehingga, potensi keuntungan safe haven adalah investor yang memiliki ini bisa punya aset likuid yang return-nya lebih besar dari kerugian yang mungkin didapatkan dari aset dengan volatilitas tinggi.
Sebagai investor yang bijak, kamu harus paham pentingnya instrumen safe haven di tengah Indonesia yang dihadapkan dengan angka inflasi yang terus meningkat tiap bulannya di tahun 2022 ini. Untuk itu, mari baca terus artikel ini!
Pada dasarnya, dalam investasi terdapat aset yang memiliki risiko tinggi karena naik-turun nilainya sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi yang bisa berubah drastis, misalnya saham, crypto, dan forex (foreign exchange)
Aset tersebut dapat dikatakan “kurang aman” karena risiko perubahan nilainya sangat bergantung pada ketidakpastian ekonomi, kebijakan politik, ataupun gejolak geopolitik yang meningkat, serta berubahnya valuasi (harga) akibat meningkatnya permintaan investor.
Berbeda dengan instrumen investasi yang “kurang aman,” instrumen safe haven adalah jenis aset yang jauh lebih aman karena punya risiko perubahan nilai yang rendah meski dihadapkan dengan ketidakpastian pasar.
Berbicara soal apakah emas masuk safe haven, dapat dikatakan iya. Bahkan, emas adalah jenis instrumen safe haven yang banyak diminati oleh investor. Hal ini dikarenakan emas punya nilai return yang cukup menjanjikan.
Dengan minimal menyimpan emas dalam jangka waktu lima tahun, maka harganya akan cenderung naik fantastis. Kalaupun ada penurunan harga, nilainya tidak terlalu signifikan. Karena alasan ini lah emas menjadi instrumen safe haven yang terkenal tidak terpengaruh oleh gejolak ekonomi atau ketidak pastian dalam pasar finansial.
Meski forex (foreign exchange) masuk ke dalam kategori instrumen investasi yang punya risiko tinggi, terdapat beberapa mata uang yang populer dijadikan safe haven karena memiliki kecenderungan untuk menguat apabila terjadi ketidakpastian ekonomi.
Selain emas, terdapat mata uang yang dapat dikategorikan ke dalam instrumen safe haven yang populer di tengah investor. Mata uang safe haven ini adalah currency yang punya kedudukan relevan dalam pergerakan pasar internasional, utamanya yang digunakan sebagai mata uang dalam kegiatan ekspor-impor antar negara.
Lalu, apa saja mata uang safe haven ini? Tentunya, mata uang safe haven berasal dari negara-negara penguasa jalur ekonomi internasional. Misalnya, Dolar Amerika Serikat (USD), Swiss Franc (CHF), dan Yen Jepang (JPY).
Selain emas dan mata uang safe haven, adakah instrumen safe have lainnya? Ini dia beberapa instrumen safe haven yang bisa dijadikan pertimbangan untuk kamu dalam berinvestasi di Indonesia.
Jenis instrumen safe haven surat utang pemerintah AS atau US Treasury adalah aset yang dinilai punya tingkat keamanan yang cukup tinggi dan potensi gagal bayar yang sangat rendah. Hal ini karena Amerika Serikat terkenal sebagai negara dengan ekonomi yang kuat.
Terlebih lagi, mata uang dan tingkat inflasi seluruh negara termasuk Indonesia dapat terpengaruh nilainya jika The Federal Reserves yang merupakan bank sentral Amerika Serikat mengeluarkan kebijakan menaikkan suku bunga. Hal ini tentu akan yang akan berpengaruh juga pada indeks pasar saham.
Karena alasan tersebut, US Treasury cukup diminati sebagai instrumen safe haven. Ketika kondisi pasar saham fluktuatif dan tingkat suku bunga The Fed naik, hal ini bisa mendorong peningkatan harga US Treasury.
Surat Berharga Negara (SBN) atau obligasi yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia juga diyakini sebagai instrumen safe haven oleh banyak investor. SBN ini seperti Saving Bond Ritel (SBR) dan Obligasi Negara Ritel (ORI). Selain itu, ada juga produk SBN syariah, seperti Sukuk Tabungan (ST) dan Sukuk Ritel (SR).
Sama halnya dengan US Treasury, banyak investor meyakini bahwa obligasi negara risikonya lebih rendah karena sudah pasti dijamin oleh pemerintah sehingga kemungkinan gagal bayarnya kecil. Karena itu, SBN masuk ke dalam instrumen safe haven.
Seperti diketahui, perekonomian Indonesia saat ini bisa dikatakan dalam kondisi yang kurang stabil. Hal ini dikarenakan keputusan The Fed untuk menaikkan lagi tingkat suku bunga di Amerika Serikat ke kisaran 3,00%- 3,25% yang merupakan titik tertinggi sejak awal tahun 1980.
Kebijakan untuk menaikkan suku bunga ini sudah kali ketiga diambil oleh The Fed untuk mengontrol laju inflasi yang terus meningkat yang berdampak signifikan pada pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat.
Selang satu hari dari diumumkannya kebijakan The Fed, Bank Indonesia (BI) juga turut mengambil langkah untuk mengontrol tingkat inflasi di negara Indonesia, yaitu dengan menaikkan kembali tingkat suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR).
Sebelumnya, pada 22-23 Agustus 2022 Bank Indonesia mengeluarkan kebijakan menaikkan suku bunga acuan dari 3,5% menjadi 3,75%. Lalu pada 21-22 September 2022 kemarin, BI 7-Day Reverse Repo Rate naik kembali ke angka 4,25%.
Saat ini, Indonesia juga sedang dihadapkan dengan terus naiknya angka inflasi. Pada bulan Januari 2022, titik inflasi ada di angka 2,18%. Memasuki bulan Juli, angka ini sudah menyentuh 4,94%. Bukan tanpa alasan, kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM juga turut andil dalam meningkatnya angka inflasi yang berefek domino pada naiknya harga barang di pasar.
Dihadapkan dengan kondisi ketidak pastian ini, kebijakan-kebijakan tersebut dirasa memberikan efek cukup positif pada stabilisasi nilai tukar rupiah. Karena alasan ini, instrumen safe haven seperti aset emas, SBN dan US Treasure punya potensi mendulang keuntungan.
Namun bagi instrumen investasi berisiko tinggi seperti saham, crypto, dan serupa lainnya, indeks pasarnya justru dilanda fluktuasi yang sangat tinggi. Karena hal ini, fungsi investasi safe haven diperlukan sebagai safety net para investor dalam menjaga nilai investasinya.
Ketika membahas apakah safe haven tidak memiliki risiko, tentu tidak sesederhana itu. Pada dasarnya, seluruh kegiatan berinvestasi di aset manapun pasti memiliki risikonya tersendiri.
Bercermin pada penggambaran “high risk, high return,” instrumen safe haven memiliki risiko yang jauh lebih rendah karena potensi return juga rendah dan butuh waktu dan dedikasi investasi cukup lama untuk menghasilkan nilai yang besar.
Berbeda dengan instrumen risiko tinggi, memang potensi kerugiannya besar. Namun, hal ini juga dibarengi dengan potensi keuntungan yang besar juga dalam waktu yang tidak begitu lama.
Karena hal ini, banyak orang menyebut jika instrumen safe haven lebih cocok untuk diinvestasikan jangka panjang, sementara instrumen berisiko tinggi cocok untuk investasi jangka pendek. Ini lah alasan mengapa diversifikasi aset adalah salah satu strategi yang harus dimiliki oleh para investor.
Karena tidak selamanya instrumen berisiko tinggi memberikan keuntungan, sementara investasi safe haven merangkak naik harganya butuh waktu yang tidak singkat, maka diversifikasi dilakukan untuk menghindari kerugian lebih tinggi pada aset-aset dalam portofolio investasi investor.
Seperti pembahasan sebelumnya, instrumen safe haven sebaiknya disertai dengan aset yang dapat memberikan return potensial dalam jangka waktu singkat dan menengah. Tidak seperti dulu, karena pesatnya pertumbuhan fintech di Indonesia, saat ini beragam instrumen investasi mudah diakses oleh siapa pun dan di mana pun, termasuk kamu.
Berbarengan dengan inovasi tersebut, muncul instrumen investasi yang lebih beragam. Tidak hanya identik dengan aset konvensional seperti emas, obligasi, dan properti, saat ini hadir juga instrumen saham milik UMKM potensial lewat skema equity crowdfunding.
Equity crowdfunding pada dasarnya adalah penerbitan efek berupa saham yang ditawarkan kepada investor guna pendanaan bersama dalam pengembangan bisnis UMKM. Keuntungan dari skema ini adalah modal yang terbilang kecil.
Selain itu, investor juga punya potensi mendapatkan return dalam bentuk dividen rutin sesuai dengan angka persentase yang ditawarkan oleh perusahaan UMKM yang menerbitkan saham publik lewat platform equity crowdfunding.
Salah satu platform skema tersebut adalah LandX yang memiliki market cap terbesar, berizin OJK (Otoritas Jasa Keuangan), dan berpengalaman sejak 2019. LandX telah dipercayai sebagai platform investasi oleh 88.254 investor terdaftar dan telah menerbitkan 44 proyek pendanaan bisnis UMKM.
Tertarik untuk diversifikasi investasimu bersama LandX?