Investor Penerbit
menu-mobile

Memahami Ancaman Reflasi di Indonesia, Perbedaan Reflasi dan Inflasi

22 February 2023

|

5 Min Read

|

Author: Vlora Riyandi
reflasi adalah

Reflasi adalah kondisi perekonomian yang resesi dan inflasi tinggi. Resesi merujuk pada perekonomian yang menurun selama dua periode berturut-turut. Apa yang terjadi jika ancaman reflasi di Indonesia terjadi?

Diperkirakan Bank Indonesia bahwa ekonomi global tahun 2023 khususnya inflasi akan menyentuh titik 9,2%. Tahun 2022 lalu, ekonomi global termasuk perekonomian Indonesia setiap bulannya selalu main kejar-kejaran antara inflasi dan tingkat suku bunga. 

Seperti yang kita tahu bahwa salah satu dampak utama dari lonjakan inflasi global ini disebabkan oleh kenaikan harga energi karena terkendala rantai pasokan akibat dari perang dan kondisi geopolitik. 

Akibat dari kesulitan pasokan energi yang menyebabkan inflasi yang semakin meninggi ini, cenderung akan berakibat pada potensi resesi, stagflasi, hingga kondisi reflasi. Mari ketahui tentang ancaman reflasi di Indonesia dan apa yang akan terjadi jika Indonesia reflasi dalam tulisan ini.

Apa Itu Reflasi

Setelah kenaikan inflasi, potensi resesi, dan kemungkinan stagflasi, kini ada lagi guncangan ekonomi yang bernama reflasi. Apa itu reflasi? Bagaimana ancaman reflasi di Indonesia? 

Reflasi adalah pertumbuhan ekonomi yang menghadapi resesi dengan inflasi tinggi. Artinya kondisi perekonomian suatu negara cenderung melambat dengan inflasi yang terus naik, sehingga konsumsi masyarakat terpantau lesu.

Dapat dibedakan bahwa perbedaan reflasi dan inflasi yaitu inflasi adalah kondisi harga barang dan jasa yang naik terus menerus, sedangkan reflasi merupakan kondisi harga barang naik terus menerus tetapi pertumbuhan ekonomi juga turun selama minimal dua periode berturug-turut.

Untuk mengelola dan memulihkan kondisi reflasi, kebijakan pemerintah sisi moneter dan fiskal akan diturunkan untuk menstimulasi perekonomian. Bentuk kebijakan fiskal dan moneter berkaitan dengan reflasi dapat berupa dana stimulus langsung, pemotongan pajak, dan penurunan suku bunga. 

Tujuan kebijakan fiskal dan moneter di tengah reflasi adalah untuk meningkatkan partisipasi dalam perekonomian dan memerangi pengangguran akibat penurunan. Karena sudah banyak kita lihat kondisi-kondisi terkait reflasi bermunculan seperti pemutusan hubungan kerja di berbagai perusahaan di berbagai belahan dunia, hingga ketidakstabilan pasokan energi akibat persitegangan geopolitik.

Ancaman Reflasi di Indonesia

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa situasi ekonomi global tahun 2023 akan masuk pada kondisi reflasi, bukan lagi hanya resesi maupun stagflasi. Reflasi adalah kondisi perekonomian yang resesi dengan inflasi tinggi. 

Penyebab resesi global adalah akibat dari pertumbuhan ekonomi global melambat, seperti negara Amerika dan Eropa. Negara yang umum dijadikan patokan perdagangan global ini tentu sedikit banyak akan berpengaruh pada perekonomian Indonesia.

Seperti yang digadangkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2022 terbilang baik karena terus berada di angka positif berkelanjutan, bahkan di angka lebih 5%. Namun, memperkirakan ancaman reflasi di Indonesia, Bank Indonesia pun memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 akan melambat menjadi 4,37%.

Begitupun dengan pertumbuhan ekonomi global tahun 2023 yang diprediksi melambat ke angka 2,6% dan terus menunjukkan tren penurunan. Dari segi inflasi global, lonjakan harga pangan dan energi besar kemungkinan terjadi akibat dari keterbatasan pasokan sehingga tahun ini inflasi global diperkirakan akan mencapai titik 9,2%.

Bank Indonesia juga memprediksi suku bunga Amerika yang diusung Bank Sentral Amerika yaitu The Fed akan naik dan tentu kebijakan ini akan menjadi perhatian serta pertimbangan bagi ekonomi negara-negara lain di dunia, termasuk Indonesia. 

Jika Indonesia terus menaikkan suku bunganya maka dapat berdampak pada tingkat ekspor yang menurun dan merupakan bentuk ekonomi melambat. 

Dampak Potensi Reflasi Global Terhadap Ekonomi Indonesia

Sebelum merasa was-was dan takut, kita harus tahu bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2022 tercatat tumbuh positif dan belum terjun ke kondisi resesi. Namun, ancaman reflasi di Indonesia berkemungkinan ikut terseret karena perekonomian global yang sedang berada di jurang resesi. 

Walaupun Indonesia belum resesi, disampaikan oleh Konsultan ADB Ninasapti Triaswati pada media CNBC Indonesia bahwa jika kecenderungan ekonomi global tahun 2023 terus memburuk maka kondisi perekonomian akan cenderung melambat, namun diharapkan tetap positif. 

Untuk menghadapi tantangan reflasi di Indonesia, setiap stakeholder pemerintah akan menggencarkan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tidak akan cukup untuk membendung ancaman reflasi di Indonesia hanya dengan satu sisi kebijakan saja.  

Dari sisi kebijakan moneter, suku bunga acuan yang dilayangkan semakin tinggi adalah bentuk mengendalikan inflasi dan menjaga daya beli masyarakat agar pertumbuhan ekonomi terus bergerak serta investasi dalam negeri tetap menarik. 

Jika suku bunga acuan terus naik ada kemungkinan rupiah terapresiasi namun, kenyataannya rupiah sedang terdepresiasi dibandingkan dengan dolar Amerika. Kondisi yang disebabkan suku bunga acuan yang terus naik beberapa diantaranya menekan kegiatan ekonomi dalam negeri seperti beban utang semakin besar, sulit mengajukan kredit rumah, dan lainnya.

Namun, tingkat suku bunga acuan yang tinggi ini dapat menjadi peluang untuk menjalin kegiatan ekspor. Tetapi peluang ini akan mengecil apabila negara mitra dagang untuk Indonesia melakukan ekspor sedang terancam dan bahkan sedang resesi. Sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat. 

Oleh karena itu, untuk menghadapi ancaman reflasi di Indonesia, dijalankan berbagai kebijakan. Seperti memberikan kemudahan di sektor riil, memperbaiki lingkup investasi dalam negeri agar terus dilirik.

Dari sisi kebijakan fiskal, diharapkan pemerintah dapat memberikan insentif dan keringanan pajak investasi. keringanan PPN bagi yang membeli rumah dan mobil, atau menambah lapangan pekerjaan. 

Apa yang Terjadi Jika Indonesia Reflasi?

Reflasi artinya kondisi pertumbuhan ekonomi resesi dengan inflasi tinggi. Resesi adalah pertumbuhan ekonomi yang menurun dua periode berturut-turut dan inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus.

Sehingga apabila Indonesia resesi maka pertumbuhan ekonomi Indonesia akan berada di posisi negatif yang artinya kegiatan ekonomi lesu. Kegiatan ekonomi yang lesu diiringi permintaan barang jasa rendah karena harga tinggi dapat berdampak pada pengetatan biaya produksi.

Pemilik bisnis akan menghemat bahkan menghapus biaya-biaya tetap seperti menutup sebagian pabrik dan melakukan pemutusan hubungan kerja karena tidak memiliki cukup orderan dan pendapatan di kondisi reflasi. 

Jika hal ini terjadi di banyak bisnis di berbagai sektor maka situasi ekonomi terbilang buruk, sehingga diharapkan di kondisi Indonesia yang belum resesi dan belum reflasi ini kebijakan pemerintah dapat mengantisipasi ancaman reflasi di Indonesia.


Kamus Istilah Ekonomi

  • Reflasi adalah kondisi perekonomian yang resesi dan inflasi tinggi.
  • Resesi adalah pertumbuhan ekonomi yang menurun dua periode berturut-turut. 
  • Inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus.
  • Stagflasi adalah kondisi perekonomian stagnan cenderung turun dengan inflasi.

Mari Persiapkan Keuangan yang Kuat Menghadapi Berbagai Situasi Ekonomi

Baca Juga