4 October 2022
|
6 Min Read
|
Quantitative easing adalah kebijakan untuk mendukung perekonomian negara yang sedang dilanda krisis melalui peningkatan jumlah uang beredar. Bagaimana cara quantitative easing dan dampaknya? Yuk cari tahu lebih lanjut!
Berbagai krisis ekonomi mulai terlihat tanda-tandanya di berbagai negara termasuk Indonesia. Sebagai langkah untuk mengantisipasi dan menghadapi berbagai krisis maka berbagai kebijakan pemerintah bersama lembaga keuangannya digencarkan, seperti kebijakan moneter bernama quantitative easing melalui bank sentral.
Apa itu quantitative easing?
Quantitative easing adalah kebijakan bank sentral untuk meningkatkan uang beredar dengan membeli sejumlah aset atau surat berharga dari bank komersial atau instansi swasta. Dampak quantitative easing ini diharapkan dengan semakin banyaknya uang beredar maka masyarakat akan melakukan spending atau pembelian sehingga perputaran uang terjadi dan roda ekonomi berputar.
Bagaimana cara quantitative easing dan penerapannya di Indonesia? Serta apa bedanya dengan quantitative tightening? Yuk kita cari tahu agar semakin paham kondisi ekonomi Tanah Air.
Apabila terjadi krisis ekonomi di suatu negara maka masyarakatnya cenderung akan menahan pengeluaran yang berdampak pada tingkat konsumsi masyarakat rendah. Rendahnya tingkat konsumsi masyarakat dapat menyebabkan kesulitan bagi perekonomian nasional karena perputaran uang pada berbagai usaha dan investasi rendah, masyarakat lebih memilih menyimpan uangnya.
Sehingga untuk menstimulasi tingkat konsumsi masyarakat di saat terjadi krisis ekonomi, pemerintah akan mengeluarkan kebijakan yang memberi kelonggaran pada masyarakat melalui kebijakan moneter konvensional dan non-konvensional melalui quantitative easing.
Quantitative easing atau qe adalah kebijakan moneter bank sentral untuk meningkatkan uang beredar dengan cara membeli surat berharga dari pasar atau membeli aset dari bank komersial atau instansi swasta.
Sebagai satu kebijakan moneter Bank Sentral, quantitative easing berperan memberikan stimulus perekonomian dengan cara pembelian aset finansial dari bank komersial maupun instansi swasta.
Quantitative easing akan diterapkan apabila kebijakan moneter konvensional terlihat tidak efektif. Bentuk instrumen kebijakan moneter konvensional yaitu menyesuaikan tingkat suku bunga, cadangan giro wajib minimum, hingga operasi pasar terbuka.
Dengan adanya kebijakan QE diharapkan perputaran uang terjadi sehingga dapat menjaga atau menambah basis moneter yaitu peredaran uang (money supply).
Apabila terjadi krisis ekonomi di suatu negara, maka masyarakat akan cenderung menahan pengeluaran atau berhemat untuk menghadapi situasi. Penghematan ini akan membuat tingkat konsumsi menurun sehingga berdampak pada perekonomian negara menjadi tidak stabil.
Oleh karena itu, dikerahkan kebijakan moneter oleh pemerintah melalui bank sentralnya untuk menstimulus perekonomian, sebagaimana yang terjadi pada berbagai negara berikut:
QE berawal dari kebijakan yang dilakukan negara Jepang melalui Bank of Japan sepanjang tahun krisis ekonomi Asia 1995-1998. Pada tahun tersebut, Bank of Japan mengeluarkan surat sebanyak 50,8 triliun yen dalam bentuk uang untuk menstimulasi perekonomian.
Walau secara langsung tidak disebut sebagai QE, tapi kebijakan tersebut dapat membantu perbankan dan membeli triliunan yen surat berharga komersial. Dimuat dalam berbagai literatur, kebijakan QE pertama kali dilakukan Bank of Japan secara resmi pada 2001 dalam rangka memerangi deflasi.
Di negara maju lainnya, Bank Sentral Amerika Serikat yaitu The Fed secara resmi memberlakukan kebijakan QE sebanyak tiga sepanjang tahun krisis keuangan global 2008 hingga 2012. The Fed membeli obligasi AS dan surat utang hipotek, kebijakan ini memang tidak secara langsung memberi dampak signifikan namun, esensi pasar perumahan terlihat bangkit perlahan.
The Fed tentu tidak mau terus memberi stimulasi karena jika terlalu banyak uang beredar dapat memicu inflasi yang tak terkendali bahkan stagflasi. Oleh karena itu, The Fed mulai melakukan pengurangan stimulus dengan mengurangi pembelian obligasi-obligasi secara bertahap, kegiatan ini dikenal sebagai tapering off.
Selanjutnya setelah melihat perekonomian AS mulai membaik, walau tidak diketahui berapa angka pasti kebijakan quantitative easing telah membantu, Bank sentral Amerika Serikat kembali menjual obligasi AS dan surat utang hipotek secara bertahap mulai tahun 2018-2019.
Kegiatan menjual obligasi dan surat utang hipotek ini dikenal sebagai quantitative tightening (QT), kebalikan dari quantitative easing.
Jika melalui QE diharapkan uang semakin banyak beredar maka quantitative tightening adalah kebijakan moneter bank sentral untuk memperketat jumlah uang beredar. Jadi, quantitative tightening dan dampaknya terhadap suatu negara adalah membuat neraca bank sentral normal kembali.
Perlu diketahui, kenyataannya kebijakan QE dan QT tidak serta merta sukses dan langsung meredam segala krisis dan resesi yang terjadi di negara-negara ini. Namun, secara perlahan dapat menstimulasi dan membangkitkan kegiatan perekonomian negaranya dari jurang yang gelap.
Pernah ga ya kebijakan quantitative easing diterapkan di Indonesia? Kapan aja?
Sebagai bentuk pemulihan ekonomi yang dilanda pandemi, bank sentral Indonesia yaitu Bank Indonesia (BI) melakukan kebijakan QE pada tahun 2020 yang berjalan hingga Agustus 2021.
Upaya membantu dan mendorong perekonomian nasional, terutama sektor-sektor usaha seperti UMKM yang sangat terdampak oleh pandemi covid-19 diatasi BI dengan kebijakan QE melalui injeksi likuiditas pada perbankan.
Seperti tujuan quantitative easing yaitu untuk meningkatkan uang beredar, terlihat pertumbuhan kredit perbankan yang ikut naik yang dapat diartikan sebagai pemulihan ekonomi.
Bank Indonesia juga melakukan quantitative easing dengan melakukan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) untuk membantu APBN.
Selain itu, Bank Indonesia juga menggencarkan penggunaan QRIS (QR Indonesia Standar) untuk akselerasi digitalisasi pembayaran untuk mendukung konsumsi masyarakat yang semakin cenderung belanja secara daring.
Dari definisinya dapat disimpulkan, fungsi quantitative easing adalah diharapkan dapat menjaga perputaran uang melalui peningkatan jumlah uang beredar. Tingginya uang beredar di masyarakat dan bisnis memiliki arti bahwa masyarakat memiliki uang di tangan mereka, maka hal ini cenderung akan membuat mereka melakukan kegiatan konsumsi dan investasi.
Terjaganya tingkat kegiatan konsumsi dan investasi pada saat ekonomi nasional sedang tidak baik merupakan hal yang dapat menjaga perekonomian negara. Karena kegiatan ekonomi terus bergerak dengan terjadinya jual beli di pasar serta investasi terus berjalan. Hal ini sesuai dengan tujuan dilaksanakan kebijakan moneter adalah untuk menjaga persediaan uang negara.
Beberapa dampak quantitative easing lainnya sebagai berikut:
Inflasi adalah kenaikan harga barang secara keseluruhan. Inflasi juga kerap dianggap sebagai suatu yang buruk namun inflasi ada dua jenis yaitu disebabkan harga produksi naik dan inflasi yang disebabkan kenaikan daya beli masyarakat.
Inflasi yang baik yaitu inflasi yang disebabkan kenaikan daya beli masyarakat, karena dapat diartikan pertumbuhan ekonomi terjadi. Melalui QE dan meningkatnya peredaran uang di tangan masyarakat diharapkan terjadi kegiatan konsumsi sehingga pertumbuhan ekonomi terjadi.
Banyaknya jumlah uang beredar dapat mendevaluasi mata uang domestik. Hal ini dapat berdampak baik pada barang untuk kegiatan ekspor dapat dijual murah ke luar negeri namun, menyulitkan kegiatan impor karena harga barang jadi mahal untuk kegiatan produksi maupun dijual ke konsumen.
Quantitative easing adalah kebijakan untuk mendukung perekonomian negara yang sedang dilanda krisis melalui peningkatan jumlah uang beredar. Meningkatnya jumlah uang beredar diharapkan dapat menstimulasi kegiatan perekonomian seperti meningkatnya likuiditas perbankan hingga daya beli masyarakat sehingga roda ekonomi terus berjalan.
Berbagai lembaga dan pemerintah selalu berusaha menjaga perekonomian Indonesia, menjadi bagian antisipasi agar tidak jatuh terlalu dalam pada resesi yang akan datang. Banyak pakar telah mengatakan resesi sudah dipastikan akan datang, bahkan telah terasa kehadirannya.
Penting bagi kita memersiapkan dana pribadi seperti dana darurat, aset, hingga investasi pada sektor yang disarankan profesional. Mari persiapkan keuangan kita sedini mungkin agar dapat survive dari kemungkinan terjangan resesi di masa depan.